Jalan berliku terjal dan geboy

PSYCOLOGY

Diceritakan, ada seorang Artis Muda Raden Kiansantang (contoh nama biar agak keren) yang akan menemui saudaranya di suatu villa. Dia bertanya kepada Kakeknya, tentang keberadaan di mana rumah saudaranya itu. Kemudian KakekNya membuatkan sebuah peta dari selembar triplek (jaman sekarang mungkin buku gambar)...agar Artis Muda ini bisa sampai ke desa dimana saudaranya tinggal. Dengan berbekal peta itu, si Artis Muda pun berangkat.

Namun, beberapa saat kemudian, si Artis Muda itu kembali lagi ke rumahnya. Saat ditanya dia menjawab, “Jalannya terlalu berliku, terjal dan gebooooy. Belum lagi bebatuan serta jurang di sisi jalan-jalan menuju desa itu. Yang parahnya banyak gadis-gadis yang tebar pesona untuk menggoda ” (ilustrasi)

Lanjut lagi yach...

“Berapa umurmu?” tanya si Kakek sambil meroko dan minum segelas kopi hangat. “Usia Saya 25 tahun, Kakek. Ada apa dengan umur saya?” tanya si Artis Muda Raden Kiansantang itu. Kemudian si Kakek berkata lagi : “Tahukah kamu, wahai anak Muda . Kapan Kakek terakhir kali ke villa itu?” “Kapan Kakek?” tanya si Artis Muda Raden Kiansantang, sambil meuleum menyan (hehehehe...) “Terakhir Kakek ke villa tersebut, saat Kakek berumur 60 tahun, yaitu dua bulan yang lalu.” jawab si Kakek sambil bersin-bersin (hat-ciiin)... “Apa maksud Kakek?” “Artinya......., jalan ke villa itu memang geboy. Pertanyaanya adalah, kenapa Kakek bisa? padahal saat itu umur Kakek 60 tahun? Sementara, kamu yang masih berumur 25 tahun, mengatakan terlalu geboy.” kata si Kakek, sambil mengupas kwaci. Si Artis Muda Raden Kiansantang itu terdiam.  (pusing dengan bau menyan, kalii) Kemudian dia berkata, “Pada kenyataan saya tidak bisa melalui jalan itu, Kakek. Apa yang harus saya lakukan?” Si Kakek tersenyum. “Itu maksud Kakek!” “Bisa dijelaskan Kakek?” tanya si pemuda kebingungan. “Sebelumnya, kamu mengatakan ‘jalannya terlalu berat’. Kamu menyalahkan kondisi jalan. Tetapi, baru saja kamu mengatakan ‘saya tidak bisa’. Kamu tahu perbedaanya?” tanya si Kakek sambil tersenyum. Si pemuda ngangguk-ngangguk. “Artinya, masalah itu ada pada diri saya?” “Ya, tentu saja. Kamu mulai mengerti. Ada mindset atau pola pikir yang harus kamu perbaiki. Ini untuk kemajuan kamu sendiri.” jelas si Kakek. “Sering kali, saat kesulitan itu ada, orang lebih sering menyalahkan apa yang ada di luar dirinya. Kamu mengatakan, jalannya terlalu berat. Jalannya memang berat, namun yang kamu lupakan ialah bahwa kamulah yang tidak sanggup atau tidak bisa melalui jalan tersebut.” jelas si Kakek. “Lalu, apa yang harus saya lakukan. Apakah saya harus belajar dan berlatih untuk melalui jalan itu?” kata si pemuda. “Tentu saja, jika memang kamu tidak bisa. Jika kamu tidak bisa, maka kamu harus belajar dan berlatih.” jelas di Kakek. “Tapi… jalannya sangat panjang dan curam.” kata si pemuda. “Eit…!”, kata si Kakek sambil mengacungkan telunjuknya. “Kamu menyalahkan kondisi jalan lagi.” “Oh iya. Saya lupa Kakek . Apa yang harus saya lakukan?” Si Kakek tersenyum, kemudian dia menjelaskan: “Jika jalan yang akan ditempuh sangat panjang, maka langkahkan kakimu satu langkah. Niscaya, jalan yang akan kamu tempuh sudah berkurang satu langkah. Kamu mengerti maksud saya?” “Baiklah Kakek , saya mengerti. Sepertinya saya harus belajar cara melalui jalan itu. Saya memang tidak bisa.” kata si pemuda itu. “Bagus, pelajaran pertama sudah kamu pahami. Jika tidak bisa, artinya kamu harus belajar dan secara bertahap. Namun ada satu pelajaran lagi yang harus kamu pahami sebelum kamu mengatakan tidak bisa.” jelas si Kakek . “Apa itu Kakek ?” si pemuda kembali penasaran. “Sekarang, kita pergi ke jalan yang geboy itu. Benarkah kamu tidak bisa?” kata si Kakek . “Saya harus mencobanya?” tanya si pemuda. “Ya tentu saja, kamu harus mencobanya. Tapi, sebelum mencoba ada hal yang harus kamu perhatikan. Yuk, kita ke sana.” ajak si Kakek . Mereka pun langsung pergi menuju jalan yang berat, menanjak dengan sangat curam dan diapit oleh jurang-jurang yang dalam. “Sekarang, kita duduk di warung kopi itu sambil ngopi.” ajak si Kakek sambil menuju sebuah warung kopi. Di warung kopi itu, mereka bisa melihat jalan yang berat tersebut dan aktivitas yang ada di jalan tersebut. Mereka pun memesan kopi sambil memperhatikan jalan. “Lihat itu!” kata si Kakek , sambil menujuk ke seseorang yang berjalan, mendaki jalan yang dikatakan berat itu sambil memikul dua karung besar berisi rumput. Si pemuda pun itu langsung melihat orang tersebut. “Kamu tahu? Dia hampir setiap hari melalui jalan terjal itu untuk mengangkut rumput yang cukup berat. Ya, sekitar 50 kg.” kata si Kakek . “Sekarang saya mengerti Kakek . Jika si bapak yang mengangkut rumput saja bisa, maka saya yang tanpa beban pasti bisa.” kata si pemuda dengan penuh antusias. “Itu maksud Kakek , kamu pasti bisa. Tapi ada yang salah.” kata si Kakek sambil tersenyum. “Apa yang salah paman?” kata si pemuda kaget. Dia sudah merasa cerdas, tetapi masih ada yang salah. “Yang mengangkut rumput itu bukan bapak-bapak, tetapi dia bibi Mirnah yang usianya seumur Kakek (60tahun). Dia teman Kakek .”

Apa pelajaran yang bisa Anda petik dari cerita diatas? Silahkan tuliskan pada form komentar.

Sumber

Ditulis Oleh : Ricky *** Musik, Software, Blogging, Information ***

Sobat sedang membaca artikel tentang Jalan berliku terjal dan geboy. Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya. Saling menghargai kreatifitas sobat Blogger. <a href="http://glabadia.blogspot.com/2013/06/jalan-berliku-terjal-dan-geboy.html" target="_blank">Jalan berliku terjal dan geboy</a>

:: Get this widget ! ::

Ditulis oleh: Ricky - Juni 23, 2013

Artikel Terkait: